Jumat, 29 Oktober 2010

ASI

          Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh para ahli gizi di seluruh dunia. Tidak ada satu pun susu buatan manusia (susu formula) dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi, seperti yang diperoleh dari kolostrum, yaitu ASI yang dihasilkan selama beberapa hari pertama setelah kelahiran. Kolostrum sangat besar manfaatnya sehingga pemberian ASI pada mingu-minggu pertama mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan bayi selanjutnya (Krisnatuti & Yenrina 2006). Jumlah kolostrum yang tersekresi bervariasi antara 10-100cc (rata-rata 30 cc) sehari. Sekresi ASI meningkat secara bertahap dan mencapai komposisi matang pada 30-40 jam setelah melahirkan (Arisman 2007). Manfaat pemberian kolostrum menurut Depkes RI dalam Buku Panduan Manajemen Laktasi (2001) adalah:
·       Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
·         Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
·        Kolostrum mengandung protein dan vitamin A tinggi serta mengandung karbohidrat dan lemak rendah sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
·        Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.
Makanan pertama dan utama bayi tentu saja air susu ibu (ASI). Air susu ibu cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal, karbohidrat dalam ASI berupa laktosa, lemaknya mengandung banyak mengandung PUFA (polyunsaturated fatty acid), protein utamanya laktalbumin mudah dicerna, serta kandungan vitamin dan mineralnya banyak (Arisman 2007). Berikut merupakan penjelasan dari komposisi zat gizi dalam ASI:
Karbohidrat
            ASI mengandung karbohidrat berupa laktosa, bentuk karbohidrat yang terdapat pada ASI maupun susu sapi. Kandungan laktosa pada ASI sekitar 7%, sedangkan kandungan laktosa dalam susu sapi hanya sekitar 4.4%. Kadar laktosa yang tinggi akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan Lactobacillus sebagai penghuni usus yang dapat mencegah terjadinya infeksi. Selain itu, kadar laktosa yang tinggi dapat memperbaiki pertahanan (retensi) beberapa mineral penting untuk pertumbuhan bayi, seperti kalium, fosfor, dan magnesium (Krisnatuti & Yenrina 2006).
Lemak
            ASI maupun susu sapi mengandung lemak yang cukup tinggi, yaitu sekitar 3.5%. Namun, keduanya memiliki susunan asam lemak yang berbeda. ASI lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung asam lemak rantai pendek dan asam lemak jenuh. Oleh karena itu, lemak ASI lebih dapat diserap oleh susu bayi dibandingkan lemak susu sapi (Pudjiadi 1983 dalam Krisnatuti & Yenrina 2006).
Protein
            Kualitas protein dalam makanan tergantung pada susunan asam amino dan mutu cernanya. Kebutuhan protein ASI pada bayi sekitar 1.8 g/kg BB. Susu sapi mengandung 3.3% protein sehingga dengan pemberian susu sapi sebanyak 150-175 ml/kg BB, paling sedikit bayi akan memperoleh protein sebanyak 5 g/kg BB. Jumlah ini melampaui kebutuhan standar sehingga akan merugikan bayi. Sekitar 80% susu sapi terdiri atas kasein. Padahal, sifat kasein sangat mudah menggumpal di dalam lambung sehingga sulit untuk dicerna oleh enzim protease (Krisnatuti & Yenrina 2006).
Vitamin
            Vitamin merupakan zat gizi yang esensial. Kekurangan vitamin tertentu dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan dan dapat menimbulkan pernyakit tertentu. Sebaliknya, pemberian vitamin yang berlebihan dalam jangka panjang akan mengakibatkan keracunan dan gangguan kesehatan. Kadar vitamin dalam ASI dan susu sapi agak berbeda. Apabila asupan makanan ibu cukup seimbang, kebutuhan vitamin untuk bayi dapat dipenuhi oleh ASI selama 4-6 bulan pertama (Krisnatuti & Yenrina 2006).
Mineral
Kandungan mineral dalam susu sapi empat kali lebih banyak dibanding kandungan mineral dalam ASI. Kandungan mineral yang tinggi pada susu sapi akan menyebabkan terjadinya beban osmolar, sehingga bayi menjadi sering kencing. Selain itu, kadar mineral yang tinggi akan memberi beban yang berlebihan pada ginjal bayi yang fungsinya belum sempurna sehingga keseimbangan air dalam tubuh akan terganggu (Pudjiadi 1983 dalam Krisnatuti & Yenrina 2006).
            Selain mengandung berbagai zat gizi yang diperlukan tubuh, ASI mengandung berbagai komponen unggul yang dapat melindungi bayi dari penyakit yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1  Komponen unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat melindungi bayi dari  berbagai penyakit
No.
Komponen
Peranan
1.
Faktor bifidus
Mendukung proses perkembangan bakteri yang menguntungkan dalam usus bayi, untuk mencegah pertumbuhan bakteri patogen
2.
Laktoferin
Mengikat zat besi dalam ASI sehingga zat besi tidak digunakan oleh bakteri patogen untuk pertumbuhannya
3.
Laktoperoksidase
Membunuh bakteri patogen
4.
Faktor antistaphillococcus
Menghambat pertumbuhan staphilococcus patogen
5.
Sel-sel fagosit
Memakan bakteri patogen
6.
Komplemen
Memperkuat kegiatan fagosit
7.
Sel limfosit dan makrofag
Mengeluarkan zat antibodi untuk meningkatkan imunitas terhadap penyakit
8.
Lisosim
Membantu pencegahan terjadinya infeksi
9.
Interferon
Menghambat pertumbuhan virus
10.
Faktor pertumbuhan epidermis
Membantu pertumbuhan selaput usus bayi sebagai perisai untuk menghindari zat-zat yang merugikan yang masuk ke peredaran darah
Sumber : Alexander dan Yee (1990) dalam Krisnatuti & Yenrina (2006)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar