Jumat, 29 Oktober 2010

Kecukupan Zat Gizi

Energi
            Energi merupakan kemampuan atau tenaga untuk melakukan kerja yang diperoleh dari zat-zat gizi penghasil energi. Energi diperlukan untuk berlangsungnya proses-proses yang mendasari kehidupan (Dwiriani 2009). Menurut (Hardinsyah & Martianto 1989 dalam Krisnatuti & Yenrina 2006) rumus yang digunakan untuk menghitung angka kecukupan gizi energi individu (AKEI) bayi adalah:
AKEIi = (129-9.4 Ui + 0.62 Ui2) x Bi
Keterangan:
AKEi = Angka kecukupan energi individu pada bayi umur Ui (kkal/orang/hari)
Ui      = Umur bayi (bulan)
Bi      = Berat badan bayi pada umur Ui (kg)
          Berdasarkan hasil Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004) angka kecukupan energi untuk anak berusia 1-3 tahun adalah sebesar 1000 kkal/orang/hari, sedangkan untuk anak berusia 4-6 tahun adalah sebesar 1550 (Dwiriani 2009).
Karbohidrat
            Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia yang harganya relatif murah. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal. Untuk mencukupi kebutuhan energi dianjurkan sekitar 60-70% dari energi total berasal dari karbohidrat (Krisnatuti & Yenrina 2006).
Protein
            Mutu protein bergantung pada kemudahannya untuk dicerna dan diserap serta komposisi asam amino di dalamnya. Jika asupan asam amino kurang, pertumbuhan jaringan dan organ, berat dan tinggi badan serta lingkar kepala akan terpengaruh. Asupan asam amino yang berlebih dapat menimbulkan stres berat pada hati dan ginjal tempat deaminasi berlangsung (Arisman 2007).
            Menurut Dwiriani (2009) besarnya kebutuhan protein berdasarkan berat badan adalah (1) 2.2 g/kg BB/hari pada usia <6 bulan, (2) 2 g/kg BB/hari pada usia 6-12 bulan, dan (3) 1-1.5 g/kg BB/hari pada usia di atas 1 tahun. Sementara angka kecukupan protein berdasarkan WKNPG (2004) adalah (1) 10 g/org/hari pada usia <6 bulan, (2) 16 g/org/hari pada usia 6-12 bulan, (3) 25 g/org/hari pada usia 1-3 tahun, dan (4) 39 g/org/hari pada usia 4-6 tahun.
Lemak
            Lemak merupakan sumber energi dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Dalam 1 g lemak dapat menghasilkan energi sebanyak 9 kkal. Lemak memiliki fungsi sebagai sumber asam lemak esensial, pelarut vitamin A, D, E, dan K, serta pemberi rasa gurih dan sedap pada makanan (Krisnatuti & Yenrina 2006). Menurut WHO (1990) dalam Almatsier (2004) sebagai sumber energi yang efisien, dianjurkan kecukupan lemak bayi menyumbang 15-30% kebutuhan energi total.
Vitamin dan Mineral
            Kecukupan vitamin dan mineral yang dianjurkan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004 disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3   Angka kecukupan rata-rata vitamin dan mineral untuk bayi dan balita    (per/orang/hari)

Zat Gizi
Golongan Umur
0-6 bulan
6-12 bulan
1-3 tahun
4-6 tahun
Vitamin A (RE)
375
400
400
450
Tiamin (mg)
0.2
0.4
0.5
0.8
Riboflavin (mg)
0.3
0.4
0.5
0.6
Niasin (mg)
2
4
6
8
Vitamin B 12 (mg)
0.4
0.5
0.9
1.2
Asam folat (mg)
65
80
150
200
Vitamin C (mg)
40
50
40
45
Kalsium (mg)
200
400
500
500
Fosfor (mg)
100
225
400
400
Besi (mg)
5
7
8
9
Seng (mg)
1.3
7.5
8.2
9.7
Iodium (mg)
90
120
120
120
Sumber: WKNPG (2004)
Cairan
            Air merupakan zat gizi yang sangat penting bagi bayi dan balita, karena (a) merupakan bagian terbesar dari tubuh manusia, (b) risiko kehilangan air pada bayi yang terjadi melalui ginjal lebih besar daripada orang dewasa, dan (c) bayi dan anak lebih mudah terserang penyakit dehidrasi, akibat muntah-muntah dan diare berat.
            Angka kecukupan cairan berdasarkan WKNPG (2004) adalah (1) 0.8 liter/hari pada usia <6 bulan, (2) 1.0 liter/hari pada usia 6-12 bulan, (3) 1.1 liter/hari pada usia 1-3 tahun, dan (4) 1.4 liter/hari pada usia 4-6 tahun.

MP ASI

       Yang dimaksud dengan makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan setelah bayi berusia 4-6 bulan sampai usia 24 bulan. Peranan makanan pendamping ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI. Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi lainnya yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memnuhi kebutuhan bayi secara terus-menerus (Krisnatuti & Yenrina 2006).
            Selain sebagai pelengkap ASI, pemberian makanan tambahan sangat membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik. Dalam hal ini, orang tua dianjurkan untuk memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis bayi (Husaini & Anwar 1984 dalam Krisnatuti & Yenrina 2006). Selama proses belajar, berbagai jenis makanan tambahan harus dikenalkan kepada bayi secara bertahap, mulai makanan yang berbentuk cair, semi padat, dan padat (Krisnatuti & Yenrina 2006).
            Menurut Brinch (1986) dalam  Krisnatuti & Yenrina (2006) mengatakan bahwa apabila MP-ASI sudah diberikan kepada bayi sejak dini (< 4 bulan) maka asupan gizi yang dibutuhkan oleh bayi tidak sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, sistem pencernaan bayi akan mengalami gangguan, seperti sakit perut, sembelit, dan alergi. Maka, waktu yang tepat untuk memberikan MP-ASI adalah 4-6 bulan.
            Agar pemberian MP-ASI dapat terpenuhi dengan sempuran perlu diperhatikan sifat-sifat bahan makanan yang digunakan. Makanan tambahan untuk bayi harus mempunyai sifat fisik yang baik, yaitu rupa dan aroma yang layak, serta mudah disiapkan dengan waktu pengolahan yang singkat. Berikut merupakan syarat MP-ASI menurut  Krisnatuti & Yenrina (2006) :
  • Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang cukup tinggi
  • Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral yang cocok
  • Dapat diterima oleh alat pencernaan bayi dengan baik
  • Harganya relatif murah
  • Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal
  • Bersifat padat gizi
  • Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna dalam jumlah yang sedikit

Tabel 2 Jadwal Pemberian Makanan Pendamping ASI Menurut Umur Bayi, Jenis Makanan dan Frekuensi Pemberian
Umur Bayi
Jenis Makanan
Frekuensi
0-6 bulan
ASI
10-12 kali/hari
6 bulan
ASI
Kapan diminta
Buah lunak/sari buah
Bubur: bubur havermout/ bubur tepung beras merah
1-2 kali/hari
7 bulan
ASI
Kapan diminta
Buah-buahan
Hati ayam/kacang-kacangan
Beras merah/ubi
Sayuran
3-4 kali/hari
9 bulan
ASI
Kapan diminta
Buah-buahan
Bubur/roti
Daging/kacang-kacangan/ayam/ikan
Beras merah/kentang/labu/jagung
Kacang tanah
Sari buah tanpa gula
4-6 kali/hari
12 bulan
ASI
Kapan diminta
Makanan pada umumnya
4-6 kali/hari
Sumber : Krisnatuti & Yenrina (2006)

    Susu Formula

            Walaupun ASI adalah makanan paling ideal bagi bayi, namun tidak semua ibu dapat memberikan ASI pada bayinya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
    • Jumlah dan mutu ASI kurang memadai sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
    • Tidak selamanya sorang ibu bersama-sama dengan bayinya. Pada umumnya, faktor pekerjaan akan memisahkan ibu dan bayi untuk sementara waktu atau karena alasan yang lainnya
    • Faktor kesehatan ibu yang kurang memadai, misalnya ibu menderita suatu penyakit yang dikhawatirkan dapat menular kepada bayinya
    •  Dengan alasan estetika, seorang ibu akan lebih mementingkan keindahan tubuhnya daripada kesehatan anaknya.
    Untuk alasan-alasan tersebut, pada umumnya bayi harus diberi makanan pengganti ASI (PASI) berupa susu formula. Akan tetapi, harus diperhatikan bahwa susu formula dapat diberikan kepada bayi, setelah bayi berumur sekurang-kurangnya 4 atau 6 bulan. Pada umumnya, susu formula untuk bayi terbuat dari susu sapi yang susunan zat gizinya diubah sedemikian rupa sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa menimbulkan efek samping  (Krisnatuti & Yenrina 2006).
                Walaupun memiliki susunan zat gizi yang cukup baik, jika dibandingkan dengan ASI, memiliki banyak kelemahan. Selain itu, penggunaan susu formula harus dikontrol dari kemungkinan masuknya organisme-organisme patogen atau terjadinya proses kontaminasi. Kontaminasi oleh mikroba akan menyebabkan terjadinya perubahan kualitas dari zat-zat gizi yang terkandung di dalam susu formula dan dapat menyebabkan diare (Krisnatuti & Yenrina 2006).
                Untuk memilih produk susu formula yang sifatnya komersial harus diperhatikan beberapa hal, antara lain kandungan zat gizi, komponen-komponen yang terkandung di dalamnya, dan metode pengolahan yang tertera dalam label. Selain itu, perlu diperhatikan pula masa kadaluwarsanya sehingga aman untuk dikonsumsi oleh bayi. Sebaiknya, susu formula berbentuk tepung dikonsumsi dalam jangka waktu dua tahun setelah diproduksi (Krisnatuti & Yenrina 2006).

    ASI

              Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh para ahli gizi di seluruh dunia. Tidak ada satu pun susu buatan manusia (susu formula) dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi, seperti yang diperoleh dari kolostrum, yaitu ASI yang dihasilkan selama beberapa hari pertama setelah kelahiran. Kolostrum sangat besar manfaatnya sehingga pemberian ASI pada mingu-minggu pertama mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan bayi selanjutnya (Krisnatuti & Yenrina 2006). Jumlah kolostrum yang tersekresi bervariasi antara 10-100cc (rata-rata 30 cc) sehari. Sekresi ASI meningkat secara bertahap dan mencapai komposisi matang pada 30-40 jam setelah melahirkan (Arisman 2007). Manfaat pemberian kolostrum menurut Depkes RI dalam Buku Panduan Manajemen Laktasi (2001) adalah:
    ·       Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
    ·         Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
    ·        Kolostrum mengandung protein dan vitamin A tinggi serta mengandung karbohidrat dan lemak rendah sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
    ·        Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.
    Makanan pertama dan utama bayi tentu saja air susu ibu (ASI). Air susu ibu cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal, karbohidrat dalam ASI berupa laktosa, lemaknya mengandung banyak mengandung PUFA (polyunsaturated fatty acid), protein utamanya laktalbumin mudah dicerna, serta kandungan vitamin dan mineralnya banyak (Arisman 2007). Berikut merupakan penjelasan dari komposisi zat gizi dalam ASI:
    Karbohidrat
                ASI mengandung karbohidrat berupa laktosa, bentuk karbohidrat yang terdapat pada ASI maupun susu sapi. Kandungan laktosa pada ASI sekitar 7%, sedangkan kandungan laktosa dalam susu sapi hanya sekitar 4.4%. Kadar laktosa yang tinggi akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan Lactobacillus sebagai penghuni usus yang dapat mencegah terjadinya infeksi. Selain itu, kadar laktosa yang tinggi dapat memperbaiki pertahanan (retensi) beberapa mineral penting untuk pertumbuhan bayi, seperti kalium, fosfor, dan magnesium (Krisnatuti & Yenrina 2006).
    Lemak
                ASI maupun susu sapi mengandung lemak yang cukup tinggi, yaitu sekitar 3.5%. Namun, keduanya memiliki susunan asam lemak yang berbeda. ASI lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung asam lemak rantai pendek dan asam lemak jenuh. Oleh karena itu, lemak ASI lebih dapat diserap oleh susu bayi dibandingkan lemak susu sapi (Pudjiadi 1983 dalam Krisnatuti & Yenrina 2006).
    Protein
                Kualitas protein dalam makanan tergantung pada susunan asam amino dan mutu cernanya. Kebutuhan protein ASI pada bayi sekitar 1.8 g/kg BB. Susu sapi mengandung 3.3% protein sehingga dengan pemberian susu sapi sebanyak 150-175 ml/kg BB, paling sedikit bayi akan memperoleh protein sebanyak 5 g/kg BB. Jumlah ini melampaui kebutuhan standar sehingga akan merugikan bayi. Sekitar 80% susu sapi terdiri atas kasein. Padahal, sifat kasein sangat mudah menggumpal di dalam lambung sehingga sulit untuk dicerna oleh enzim protease (Krisnatuti & Yenrina 2006).
    Vitamin
                Vitamin merupakan zat gizi yang esensial. Kekurangan vitamin tertentu dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan dan dapat menimbulkan pernyakit tertentu. Sebaliknya, pemberian vitamin yang berlebihan dalam jangka panjang akan mengakibatkan keracunan dan gangguan kesehatan. Kadar vitamin dalam ASI dan susu sapi agak berbeda. Apabila asupan makanan ibu cukup seimbang, kebutuhan vitamin untuk bayi dapat dipenuhi oleh ASI selama 4-6 bulan pertama (Krisnatuti & Yenrina 2006).
    Mineral
    Kandungan mineral dalam susu sapi empat kali lebih banyak dibanding kandungan mineral dalam ASI. Kandungan mineral yang tinggi pada susu sapi akan menyebabkan terjadinya beban osmolar, sehingga bayi menjadi sering kencing. Selain itu, kadar mineral yang tinggi akan memberi beban yang berlebihan pada ginjal bayi yang fungsinya belum sempurna sehingga keseimbangan air dalam tubuh akan terganggu (Pudjiadi 1983 dalam Krisnatuti & Yenrina 2006).
                Selain mengandung berbagai zat gizi yang diperlukan tubuh, ASI mengandung berbagai komponen unggul yang dapat melindungi bayi dari penyakit yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
    Tabel 1  Komponen unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat melindungi bayi dari  berbagai penyakit
    No.
    Komponen
    Peranan
    1.
    Faktor bifidus
    Mendukung proses perkembangan bakteri yang menguntungkan dalam usus bayi, untuk mencegah pertumbuhan bakteri patogen
    2.
    Laktoferin
    Mengikat zat besi dalam ASI sehingga zat besi tidak digunakan oleh bakteri patogen untuk pertumbuhannya
    3.
    Laktoperoksidase
    Membunuh bakteri patogen
    4.
    Faktor antistaphillococcus
    Menghambat pertumbuhan staphilococcus patogen
    5.
    Sel-sel fagosit
    Memakan bakteri patogen
    6.
    Komplemen
    Memperkuat kegiatan fagosit
    7.
    Sel limfosit dan makrofag
    Mengeluarkan zat antibodi untuk meningkatkan imunitas terhadap penyakit
    8.
    Lisosim
    Membantu pencegahan terjadinya infeksi
    9.
    Interferon
    Menghambat pertumbuhan virus
    10.
    Faktor pertumbuhan epidermis
    Membantu pertumbuhan selaput usus bayi sebagai perisai untuk menghindari zat-zat yang merugikan yang masuk ke peredaran darah
    Sumber : Alexander dan Yee (1990) dalam Krisnatuti & Yenrina (2006)